PEMBAHASAN
A.
Arti Bahasa Jurnalistik
Setiap
hari kita membaca berita surat kabar, tabloid, dan majalah. Kita mengikuti
siaran berita dari Radio. Setiap saat, kita menyaksikan tayangan televisi yang
melaporkan berbagai peristiwa yang terjadi diberbagai belahan bumi. Semua
berita dan laporan itu, disajikan dalam bahasa yang mudah kita pahami.
Dengan
demikian, bahasa yang digunakan para artis kita dalam tayangan-tayangan acara
sinetron atau kuis pada televisi, tidak termasuk ke dalam bahasa jurnalistik.
Berbeda
dengan bahasa sinetron yang sering asosial, akultural, egois dan elitis, bahasa
jurnalistik justru sangat demokratis
dan populis. Disebut demokratis, karena dalam bahasa jurnalistik
tidak dikenal istilah tingkat, pangkat, dan kasta. Sebagai contoh, kucing makan, saya makan, guru makan, dosen makan, gubernur makan, menteri makan,
presiden makan, Semua diperlakukan
sama, tidak ada yang diistimewakan atau ditinggikan derajatnya. Disebut populis, karena bahasa jurnalistik
menolak semua klaim dan paham yang ingin membedakan si kaya dan si miskin, si
tokoh dan si awam, si pelajar dan si jelata, si pintar dan si bodoh, si
terpelajar dan si kurang ajar. Bahasa jurnalistik diciptakan untuk semua lapisan
masyarakat di kota dan di desa, di gunung dan di lembah, di darat dan di laut,
tidak ada satu pun kelompok masyarakat yang dianakemaskan atau dianaktirikan
oleh bahasa jurnalistik.
Secara etimologis, jurnalistik
berasal dari kata journ berarti
catatan atau laporan harian. Secara
sederhana jurnalistik diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan
pencatatan atau pelaporan setiap hari. Jurnalistik adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis,
menyunting, dan menyebarkan berita dan karangan berita untuk surat kabar,
majalah dan media massa lainnya seperti radio dan televisi.
Onong Uchjana Effendy,
menyatakan jurnalistik dapat didefinisikan sebagai teknik mengelola berita
mulai dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskannya kepada khalayak.[1]
AS Haris Sumadiria,
mendefinisikan jurnalistik itu sebagai sebuah kegiatan yang menyiapkan, mencari,
mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media
berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.[2]
“Jadi, jurnalistik dapat dipahami sebagai proses kegiatan meliputi,
menghimpun, mencari fakta, membuat dan menyebarluaskan peristiwa (news) dan
pandangan (views) kepada khalayak melalui saluran media massa.”
Seorang
jurnalis senior dari salah satu surat
kabar tertua dan terkemuka di Indonesia menyebutkan, bahasa ragam jurnalistik
yang baik bisa ditengarai dengan kalimat-kalimat yang mengalir lancar dari atas
sampai akhir, menggunakan kata-kata popular yang merakyat, akrab di telinga
masyarakat sehari-hari, tidak menggunakan susunan yang kaku formal dan sulit
dicerna. Susunan
kalimaat jurnalistik yang baik akan menggunakan kata-kata yang paling pas untuk
menggambarkan suasana serta isi pesannya. Bahkan nuansa yang terkandung dalam
masing-masing kata pun perlu diperhitungkan.
Seorang jurnalis harus
terampil berbahasa, keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu
keterampilan menyimak (listening skill), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan membaca (reading
skill), dan keterampilan menulis (writing skill). Setiap keterampilan ini sangat perlu dimiliki oleh seorang
jurnalis, karena dengan keterampilan-keterampilan tersebut seorang jurnalis
dapat mendapatkan sebuah berita yang akurat, terpercaya dan actual, sehingga
berita tersebut mudah dipahami oleh masyarakat
luas. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil
seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.
Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara praktik dan banyak
berlatih.
Peran bahasa sangat strategis seperti ditegaskan oleh Benjamin L.
Whorf, bahasa adalah pandu realitas social. Pandangan kita tentang dunia
dibentuk oleh bahasa; dan karena bahasa berbeda pandangan kita tentang dunia
pun berbeda pula.
Ada
beberapa defenisi bahasa jurnalistik menurut para ahlinya, yang saya kutip dari
bukunya AS Haris Sumadiria, sebagai berikut:
a.
Dalam pemahaman wartawan senior terkemuka Rosihan Anwar, menyatakan
bahwa bahasa yang digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa
jurnalistik. Bahasa pers adalah salah satu ragam bahasa yang memiliki
sifat-sifat yang khas yaitu: singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas,
dan menarik. Bahasa jurnalistik harus menggunakan bahasa baku, memperhatikan
ejaan yang benar, dan menggunakan kosa kota yang sesuai dengan perkembangan
dalam masyarakat.
b.
Menurut S. Wojowasito dari IKIP Malang dalam karya Latihan Wartawan Persatuan Wartawan Indonesia
(KLW PWI) di Jawa Timur (1978), bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi
massa sebagai tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Dengan fungsi yang demikian itu bahasa tersebut haruslah jelas dan
mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek yang minimal, sehingga sebagian
besar masyarakat yang melek huruf dapat menikmati isinya. Bahasa jurnalistik
yang baik haruslah sesuai dengan norma-norma tata bahasa yang terdiri atas
susunan kalimat yang benar dan pilihan kata yang cocok.
c.
Menurut JS. Bdudu, bahasa
jurnalistik harus singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, tetapi selalu
menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi oleh bahasa jurnalistik mengingat media
massa dinikmati oleh lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya.
Orang tidak harus menghabiskan waktunya hanya untuk membaca surat kabar. Harus
lugas, tetapi jelas, agar mudah dipahami. Orang tidak perlu mesti
mengulang-ulang apa yang dibacanya karena ketidakjelasan bahasa yang digunakan
dalam surat kabar itu.[3]
“Dari beberapa pendapat di atas maka
bahasa jurnalistik dapat didefinisikan sebagai bahasa yang digunakan oleh para
wartawan, redaktur, atau pengelola media massa dalam menyusun dan menyajikan,
memuat, menyiarkan, dan menayangkan berita serta laporan peristiwa atau
pernyataan yang benar, aktual, penting dan atau menarik dengan tujuan agar
mudah dipahami isinya akan cepat ditangkap maknanya.”
B.
FUNGSI BAHASA JURNALISTIK
Menurut pakar jurnalistik, fungsi bahasa jurnalistik itu memiliki
empat fungsi, yaitu:
1. Sarana ekspresi diri
Sarana ekspresi diri berfungsi untuk menyatakan segala sesuatu yang
ada di dalam dada kita secara terbuka
terhadap orang lain.
2.
Sarana komunikasi
Sarana
komunikasi berfungsi sebagai saluran untuk merumuskan maksud, menyatakan
perasaan dan menciptakan kerja sama dengan sesama, bahasa jurnalistik mengatur
aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan, menganalisis
masa lalu untuk memperoleh hasil yang berguna di masa sekarang dan masa depan.
3. Sarana integrasi dan adaptasi sosial
Sarana integrasi dan adaptasi sosial berfungsi sebagai pemersatu
antar kelompok sosial, penunjang pembauran yang sempurna untuk setiap individu,
bahasa jurnalistik membantu orang-orang menyesuaikan diri dalam masyarakat.
4.
Sarana kontrol sosial
Kontrol sosial adalah usaha untuk memengaruhi tingkah laku dan
tindak-tanduk masyarakat.
C.
KARAKTERISTIK BAHASA JURNALISTIK
Bahasa
jurnalistik memiliki ciri-ciri yang berbeda dari bahasa-bahasa yang lain,
sebagai berikut:
1.
Sederhana
Sederhana Artinya selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat
yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang heterogen.
Sehingga dengan kata atau kalimat tersebut mudah dipahami khalayak.
Contoh :
Saya mengenakan alas kaki saat pergi ke
kampus (TIDAK UMUM)
Saya mengenakan sepatu saat pergi ke
kampus (UMUM)
Contoh
2 :
Saya menbeli balpoint ke
warung (TIDAK UMUM)
Saya membeli pulpen ke warung
(UMUM)
Orang-orang lebih menggunakan kata
pulpen untuk digunakan, dari pada balpoint, begitu juga dengan alas kaki, yang
mudah dipahami adalah kata sepatu, atau sandal.
2.
Singkat
Singkat berarti langsung kepada pokok permasalahan (to the point), tidak bertele-tele dan
tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat berharga.
Contoh :
Pedagang itu mengalami kerugian besar Pedagang itu
rugi besar
Harga premium mengalami
penurunan Harga premium
turun
disingkat
disingkat
menjadi
|
Dewi memakai jilbab Dewi
Berjilbab
Ia mempunyai penilaian berbeda Ia Mempunyai pendapat
3.
Padat
Mencari kata yang bisa memadat kalimat.
Menjadi
|
Menjadi
|
Menjadi
|
Menjadi
|
Presiden pergi ke London menggunakan
pesawat terbang Presiden terbang ke London.
4.
Lugas
Artinya bahasa yang digunakan haruslah tegas, jelas alias to the point(langsung pada pokok pembahasan),
tidak ada yang disembunyikan. Biasanya penggunaan bahasa yang tidak lugas
terdapat pada lirik-lirik lagu.
Contoh :
Aku mencoba berpaling pada makhluk
indah lainnya, namun aku tak bias
5.
Jelas
Artinya mudah ditangkap maksudnya,
tidak baur atau kabur
Harusnya
|
Seminar itu hasilnya
dipublikasikan
Hasil seminar itu dipublikasikan
Harusnya
|
Obat itu khasiatnya sangat
bagus
Khasiat obat itu sangat bagus
6.
Jernih
Artinya tidak menyembunyikan makna
lain
Contoh :
Karna tidak membayar SPP, Dhoni
dikartu merah oleh pihak sekolah. Menjadi
Karna tidak membayar SPP, Dhoni
“dikartu merah” oleh pihak sekolah.
Berbeda dengan makna kata kartu
merah berikut ini :
C.Ronaldo mendapatkan kartu merah
pada menit ke sembilan (kata kartu merah tersebut mutlak sebuah karti berwarna
merah)
(karna kata kartu merah pada
kalimat tersebut memiliki makna lain, maka kata kartu merah mesti memakai tanda
petik.
7. Menarik
Artinya mampu membangkitkan minat
dan perhatian pembaca, memicu selera pembaca.
Contoh :
Persi mengalahkan persija (bahasanya
diganti agar lebih menarik. menjadi Persib membantai persija
8.
Demokratis
Bisa juga disebut bahasa yang
egaliter, yaitu memberlakukan semua orang sama
Tidak
|
Menurut Haris”……(√ ) Menurut Pak
Haris”….(X) (walaupun dalam lingkungan sehari-hari Pak haris adalah Bapak atau
Dosen kita sekali pun.)
9.
Populis
Bahasa jurnalistik harus merakyat, artinya diterima dan diakrabi oleh
semua lapisan masyarakat. Kebalikan populis adalah elitis, yaitu bahasa yang
hanya dimengerti dan dipahami oleh segelintir kecil orang saja terutama karena
berpendidikan dan berkedudukan tinggi.
Biasanya bahasa yang dimaksud adalah bahasa yang
teknik ilmiah, atau kata-kata sandi yang digunakan hanya pada kalangan
kelompok, lapisan atau bahkan geng tertentu.
Contoh :
koab komah kojal koal(geng pak Asep)
Hukuman yang diterimanya merupakan konsekuensi dari kesalahannya
Menurut hipotosa saya,
pembangunan PLTSa tidak perlu dilakukan
10. Logis
Bahasa yang digunakan harus dapat
diterima dan tidak bertentangan dengan akal sehat
Contoh :
Jumlah korban tewas dalam musibah longsor dan banjir banding itu
225 orang, namun sampai berita ini diturunkan belum juga melapor. (jawabannya
tentu saja sangat tidak logis, karna mana mungkin korban yang sudah tewas bisa
melapor?.
11. Gramatikal
Artinya
kalimat apapun yang dipakai dan dipilih dalam bahasa jurnalistik harus
mengikuti kaidah tata bahasa baku, yaitu bahasa resmi sesuai dengan ketentuan
tata bahasa serta pedoman ejaan yang disempurnakan.
Contoh :
Ia bilang (non baku/TIDAK
GRAMATIKAL)
Ia mengatakan (baku /GRAMATIKAL)
12. Menghindari kata tutur
Kata tutur Yaitu kata yang biasa digunakan dalam percakapan
sehari-hari secara informal. Kata-kata yang digunakan dalam percakapan di
warung kopi, terminal, bus kota, atau dipasar. Kata tutur hanya menekankan pada
pengertian, sama sekali tidak memperhatikan masalah struktur dan tata bahasa. Contoh
kata-kata tutur: bilang, dibilangin, bikin, dikasih tahu, kayaknya, mangkanya, sopir, jontor, kelar, semangkin dan lain-lain.
Contoh :
Harga kopi
tersebut Rp. 1500 (X)
Harga kopi
itu seribu lima ratus rupiah (√ )
13. Menghindari kata dan istilah asing
Berita ditulis untuk dibaca atau didengar. Pembaca
atau pendengar harus tahu arti dan makna setiap kata yang dibaca dan
didengarnya. Berita atau laporan yang banyak diselipi kata-kata asing, selain
tidak informatife dan komunikatif, juga sangat membingungkan khalayak.
14. Pilihan kata (diksi) yang tepat
Bahasa jurnalistik sangat menekankan
efektivitas. Setiap kalimat yang disusun tidak hanya harus produktif tetapi
juga tidak boleh keluar dari asas efektivitas. Artinya Setiap kata yang dipilih, memang tepat dan
akurat sesuai dengan tujuan pesan pokok yang ingin disampaikan kepada khalayak.
15. Mengutamakan kalimat aktif
Kalimat
aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada
kalimat pasif.
Contoh:
presiden mengatakan, bukan dikatakan oleh
presiden.
pencuri mengambil perhiasan dari dalam almari
pakaian, bukan diambilnya perhiasan itu dari dalam almari pakaian oleh pencuri.
16.
Menghindari
kata atau istilah teknis
Bahasa
jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, tidak memuat kening
berkerut apalagi sampai membuat kepala berdenyut. Salah satu cara untuk itu
ialah dengan menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis. Kalaupun
tidak bisa terhindarkan, maka istilah teknis itu harus disertai penjelasan dan
ditempatkan dalam tanda kurung.
Contoh:
Berbagai istilah teknis dalam dunia
kedokteran, atau berbagai istilah teknis dalam dunia mikrobiologi, tidak akan
dipahami maksudnya oleh khalayak pembaca apabila dipaksakan dimuat dalam
berita, laporan, atau tulisan pers.
17. Tunduk kepada kaidah etika
Salah satu
fungsi pers adalah edukasi, mendidik. Fungsi ini bukan saja harus tercermin
pada materi isi berita, laporan, gambar, dan artikel-artikelnya, melainkan juga
harus tampak pada bahasanya. Karena bahasa tidak saja mencerminkan pikiran
seseorang tetapi sekaligus juga menunjukkan etika orang itu.
Sebagai guru bangsa dengan fungsinya sebagai pendidik, pers wajib
menggunakan serta tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku. Bahasa pers harus
baku, benar, dan baik. Dalam etika berbahasa, pers tidak boleh menuliskan
kata-kata yang tidak sopan, sumpah serapah, hujatan dan makian yang sangat jauh
dari norma sosial budaya agama.
D.
ETIKA BAHASA JURNALISTIK
1. Definisi Etika
Secara etimologis, etika berasal dari bahasa yunani, ethos, yang
berarti watak kesusilan atau adat kebiasaan.
Ada beberapa definisi etika menurut para ahli, yang saya kutip dari
bukunya AS Haris Sumadiria, antara lain:
Menurut IR Poedjawijatna, Etika merupakan cabang dari filsafat.
Etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat ia mencari keterangan benar yang
sedalam-dalamnya. Sebagai tugas tertentu bagi etika adalah mencari ukuran
baik-buruknya bagi tingkah laku manusia, etika hendak mencari tindakan manusia
manakah yang baik.
Menurut Ki Hajar Dewantara, etika ialah ilmu
yang mempelajari segala soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia
semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat
merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai tujuan yang dapat
merupakan perbuatan.
Menurut Austin Fagothey, etika berhubungan dengan seluruh ilmu
pengetahuan tentang manusia dan masyarakat sebagai antropolgi, psikologi,
sosiologi, ekonomi, ilmu politk dan hukum. Perbedaan terletak pada aspek
keharusan. Etika adalah ilmu pengetahuan normatife yang praktis mengenai
kelakuan benar dan tidak benar dari manusia, dan dapat dimengerti oleh akal
nurani.
Etika bahasa jurnalistik menjadi pedoman setiap jurnalis atau para
pengelola media massa untuk memperhatikan serta tunduk kepada kaidah bahasa
media massa. Teori jurnalistik mengajarkan, bahasa media massa merupakan salah
satu ragam bahasa yang khas karena senantiasa dipadukan dengan karakteristik
suatu media berikut khalayaknya yang anonim dan sangat heterogen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar