PENDAHULUAN
Komunikasi sangan penting sekali
bagi kehidupan manusia baik itu dalam ranah sosial, masyarakat, politik, budaya
dan agama. Karena dengan komunikasi, kita dapat melangsungkan segala aktifitas
kita, coba kita bayangkan orang yang tidak pernah berkomuniksi dengan orang
lain maka ia merasa terpuruk dan dunia ini terasa hampa baginya.
Seungguhnya, didalam
diri kita sendiri telah terjadi sebuah komunikasi yang disebut dengan
(komunikasi intrapersonal) merupakan keterlibat internal secara aktif dari
individu dalam perosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi
pengirim sekaligus penerima pesan,memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri
dalam proses internal yang berkelanjutan ,dimana kita melakukan pemikiran di
dalam diri kita yaitu melalui akal pakiran(otak) dan setelah sesuatu yang ingin
kita sampaikan sudah tertata dengan baik, maka setelah itu baru kita
menyampaikan pesan tersebut kepada orang lain. jika orang yang kita tuju
mengerti dengan apa yang kita sampaikan, maka komunikasi tersebut dapat
berlangsung. Dan apabila prilaku orang tersebut dapat terpengaruh dengan hal
yang kita sampaikan maka komunikasi tersebut dapat dikatakan efektif. Dengan
demikian,komunikasi tidak terlepas dari psikololgi, karna dalam berkomunikasi
itu sendiri panca indra kita berperan aktif, terutama otak(utuk berpikir) dan
hati(untuk merasa).
BAB II
PEMBAHASAN
SISTEM KOMUNIKASI INTRAPERSONAL
1. PENGERTIAN
A. PENGERTIAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL
Komunikasi intrapersonal adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam
diri individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri, baik
kita sadari atau tidak. contohnya berpikir. komunikasi ini merupakan landasan
komunikasi meskipun dalam disiplin
komunikasi tidak di bahas secara rinci dan tuntas. Dengan kata lain, komunikasi
intra pribadi ini inheren dalam komunikasi
dua orang, tiga orang, dan seterusnya, karna sebelum berkomunikasi
dengan orang lain kita bisanya berkomunikasi dengan diri sendiri(mempersepsi
dan memastikan makna pesan orang lain), hanya saja caranya sering tidak di
sadari. keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain tergantung pada ke
efektifan komunikasi kita dengan diri sndiri.[1] Terjadinya proses komunikasi di sini karna
adanya seseorang yang memberi arti
terhadap sesuatu objek yang di amatinya
atau terbetik dalam pikirannya. Objek dalam hal ini bisa saja dalam bentuk
benda, kejadian alam, pristiwa, pengalaman, fakta yang mengandung arti bagi
manusia, baik yang terjadi di luar maupun di dalam diri seseorang.
Beberapa kalangan menilai bahwa preses pemberian arti terhadap sesuatu
yang terjada dalam diri individu, belum dapat di nilai sebagai proses
komunikasi, melainkan suatu aktifitas internal(monolog) asante, 1979.[2]
B. SENSASI
Tahap paling awal dalam penerimaan informasi ialah sensasi. Sensasi
berasal dari kata “sense”, artinya alat pengindraan, yang menghubungkan
organisme dengan lingkungannya. Sensasi adalah pengalaman elementer yang
segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan
terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indra, “Benyamin B. Wolman”.
Sensasi juga
merupakan fungsi alat indra dalam menerima informasi dari lingkungan sangat
penting. Melalui alat indra, manusia dapat memahami kualitas fisik
lingkungannya. Lebih dari itu, melalui alat indralah manusia memperoleh
pengatahuan dan semua kemampuan untuk berinteraksidengan dunianya. Tanpa alat
indra manusia sama,bahkanmungkin lebih
dari rumput-rumputan, karena rumput dapat juga mengindra cahaya dan humiditas,
“Lefrancois”[3]
Kita dapat
mengelompokkannya pada tiga macam indra penerima, sesuai dengan sumber
informasi. Sumber informasi boleh berasal dari dunia luar (eksternal) atau dari
dalam diri individu sendiri (internal). Informasi dari luar diindra oleh
eksteroseptor. Informasi dari dalam diindra oleh interoseptor. Selain itu,
gerakan tubuh kita sendiri diindra oleh proprioseptor. Apa saja yang menyentuh
alat indra – dari dalam dan dari luar – disebut stimuli. Saat ini Anda sedang
membaca tulisan ini (stimuli eksternal), padahal pikiran Anda sedang diganggu
oleh perjanjian utang yang habis waktu hari ini (stimuli internal)anda serentak
menerima dua macam stimuli. Alat penerima Anda segera mengubah stimuli ini
menjadi energi syaraf untuk disampaikan ke otak melalui proses transduksi. Agar
dapat diterima pada alat indra Anda, stimuli harus cukup kuat. Batas minimal
intensitas stimuli disebut ambang mutlak. Ketajaman sensasi juga ditentukan
oleh faktor-faktor personal. Perbedaan dapat disebabakan oleh perbedaan
pengalaman atau lingkungan budaya, di samping kapasitas alat indra yang
berbeda.
C. PERSEPSI
Persepsi adalah
pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan
makna pada stimuli indrawi. Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas.
Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna
informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi,
ekspektasi, motivasi, dan memori (Desiderato, 1976:129).[4] Persepsi seperti juga sensasi, ditentukan oleh faktor personal dan
faktor situasional. David Krech dan S. Crtuchfield menyebutnya faktor
fungsional dan faktor struktural. Faktor lainnya yang sangat mempengaruhi
persepsi:
1.Perhatian(attention)
Perhatian adalah proses mental stimuli atau rangkaian stimuli
menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah, menurut
Kenneth E. Andersen. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada
salah satu alat indra kita, dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat
indra yang lain.
Faktor Eksternal Penarik Perhatian
Apa yang kita perhatikan ditentukan oleh faktor-faktor situasional
dan personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan perhatian
yang bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention getter).
Stimuli
diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain:
Gerakan. Seperti organisme yang lain, manusia secara visual tertarik pada
objek-objek yang bergerak.
Intensitas
Stimuli. Kita akan memperhatikan stimuli
yang lebih menonjol dari stimuli yang lain.
Kebaruan
(Novelty). Hal-hal yang baru, yang luar biasa,
yang berbeda, akan menarik perhatian.
Perulangan. Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit
variasi, akan menarik perhatian.
Faktor Internal Penaruh Perhatian
Contoh faktor yang mempengaruh iperhatian kita:
Faktor- faktor
Biologis. Dalam keadaan lapar semua pusat
perhatiannya adalah makanan.
Faktor-faktor
Sosiopsikologis. Motif
sosiogenesis, sikap, kebiasaan, dan kemauan, mempengaruhi apa yang kita
perhatikan.
Kenneth E. Anderson menyimpulkan dalil-dalil tentang perhatian
selektif yang harus diperhatikan oleh ahli-ahli komunikasi, yaitu :
a. Perhatian itu merupakan proses yang aktif dan dinamis, bukan pasif
dan refleksif.
b. Kita
cenderung memperhatikan hal-hal tertentu yang penting, menonjol, atau
melibatkan diri kita.
c. Kita menaruh perhatian
kepada hal-hal tertentu sesuai dengan kepercayaan, sikap, nilai, kebiasaan, dan
kepentingan kita.
d. Kebiasaan sangat penting
dalam menentukan apa yang menarik perhatian.
e. Dalam situasi tertentu kita
secara sengaja menstrukturkan perilaku kita untuk menghindari terapan stimuli
tertentu yang ingin kita abaikan.
f. Konsentrasi yang sangat kuat
mendistorsi persepsi kita.
g. Perhatian tergantung pada
kesiapan mental kita.
h. Tenaga-tenaga motivasional
sanngat penting dalam menentukan perhatian dan persepsi.
i.
Intensitas perhatian tidak konstan.
j.
Dalam
hal stimuli yang menerima perhatian, perhatian juga tidak konstan.
k. Usaha untuk mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan.
l.
Kita
mampu menaruh perhatian pada berbagai stimuli sacara serentak.
1. Faktor-Faktor Fungsional yang Menentukan
Persepsi
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan
hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal.
Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karekteristik orang yang
memberikan respons pada stimuli itu. Krech dan Crutchfield merumuskan dalil
Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa
objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang
memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.
Kerangka Rujukan(Frame of Reference)
Faktor-faktor
fungsional yang mempengaruhi persepsi lazim disebut sebagai kerangka rujukan.
Dalam kegiatan komunikasi, kerangka rujukan mempengaruhi bagaimana orang
memberi makna pada pesan yang diterimanya. Menurut McDavid dan Harari, para
psikolog menganggap konsep kerangka rujukan ini amat berguna untuk menganalisis
interpretasi perseptual dari peristiwa yang dialami.
2.
Faktor-Faktor Struktural yang Menentukan Persepsi
Krech dan Crutchfield merumuskan dalilnya lagi yang kedua, yaitu Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya walaupun stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi. Dalil ketiga dari Krech dan Crutchfield adalah Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang berupa asimilasi atau kontras. Karena manusia selalu memandang stimuli dalam konteksnya, dalam strukturnya, maka ia pun akan mencoba mencari struktur pada rangkaian stimuli. Struktur ini diperoleh dengan jalan mengelompokkan berdasarkan kedekatan atau persamaan. Prinsip kedekatan menyatakan bahwa stimuli yang berdekatan satu sama lain akan dianggap satu kelompok.
Dalil ini
umumnya betul-betul bersifat struktural dalam mengelompokkan objek-objek fisik,
seperti titik, garis, atau balok. Pada persepsi sosial, pengelompokkan tidak
murni struktural; sebab apa yang dianggap sama atau berdekatan oleh seorang
individu, tidaklah dianggap sama atau berdekatan oleh individu yang lain.[6]
Kebudayaan juga berperan dalam melihat kesamaan. Pengelompokkan kultural erat
kaitannya dengan label; dan yang kita beri label yang sama cenderung dipersepsi
sama. Dalam komunikasi, dalil kesamaan dan kedekatan ini sering dipakai oleh
komunikator untuk meningkatkan kredibilitasnya. Jadi, kedekatan dalam ruang dan
waktu menyebabkan stimuli ditanggapi sebagai bagian dari stuktur yang sama.
Sering terjadi hal-hal yang berdekatan juga dianggap berkaitan atau mempunyai
hubungan sebab dan akibat.
Menurut Sherif, proses yang sama juga berlaku dalam menilai pesan komunikasi
yang disebutnya dengan persepsi sosial. Dalam kehidupan sosial, acuan atau
refrensi tersimpan di dalam kepala kita serta berdsarkan pengalaman sebelumnya.
Kita mengandalkan pada referensi internal atau disebut referensi point. Namun
menurut Sherif, kita sering mengalami apa yang disebut dengan’ bias sestematis’
ketika memberikan penilaian terhadap pesan yang diterima.[7]
D. MEMORI
Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan penting
dalam mempengaruhi
baik persepsi maupun berpikir. Memori adalah sistem yang sangat berstruktur,
yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan
pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Setiap saat stimuli mengenai indra
kita, setiap saat pula stimuli itu direkam secara sadar atau tidak sadar.
Memori melewati tiga proses:
Memori melewati tiga proses:
Perekaman. Perekaman adalah pencatatan informasi melalui reseptor indra dan
sirkit saraf internal.
Penyimpanan. Penimpanan adalah menentukan berapa lam informasi itu berada
beserta kita, dalam bentuk apa, dan di mana. Penyimpanan bisa aktif atau pasif.
1. Jenis-jenis memori:
a. Pengingatan (Recall) adalah proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi
secara kata demi kata, tanpa petunjuk yang jelas.
b. Pengenalan (Recognition) adalah agar sukar untuk mengingat kembali sejumlah fakta; lebih
mudah mengenalnya kembali.
c. Belajar Lagi (Learning) adalah menguasai kembali pelajaran yang sudah pernah kita peroleh
termasuk pekerjaan memori.
d. Redintegrasi (Redintegration) adalah merekonstruksi seluruh masa lalu dari sat petunjuk memori
kecil.
2. Mekanisme Memori
Ada tiga teori yang menjelaskan memori:
Ada tiga teori yang menjelaskan memori:
a. Teori Aus (Disuse Theory).
Menurut teori
ini, memori hilang atau memudar karena waktu. Sperti otot memori kita akan kuat,
bila diatih terus-menerus.
b. Teori Interferensi (Interference
Theory).
Menurut teori
ini, memori merupakan meja lilin atau kanvas. Pengalaman adalah lukisan pada
meja lilin atau kanvas itu. Interferensi adalah menyebabkan terhapusnya rekaman
yang pertama atau mengaburkannya. Terjadinya pengurangan memori disebut
inhibisi retroaktif (hambatan ke belakang). Lebih sering mengingat, lebih jelek
daya ingat kita, ini disebut inhibisi proaktif ( hambatan ke depan). Masih ada
satu hambatan lagi – walaupun tidak tepat masuk teori interfernsi. Ini disebut
hambatan motivasional. Amnesia adalah lupa sebagian atau seluruh memori bisa
terjadi karena gangguan fisik atau psikologi; karena kerusakan otak atau
neurosis.
c.Teori
Pengolahan Informasi (Information Processing Theory)
Teori ini menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan pada sensory
storage, kemuadian masuk short-term memory (STM); lalu dilupakan
atau dikoding untuk dimasukkan ke dalam long-term memory (LTM). Sensory
storage lebih merupakan perseptual dari pada memoeri. Ada dua macam memori:
memori ikonis untuk materi yang kita peroleh secara visual, dan memori ekosis
untuk materi yang masuk secara auditif.
Untuk
mengingatkan kemampuan short-term memory kelompoknya disebut chunk. Bila
informasi ini berhasil dipertahankan pada STM, ia akan masuk LTM. Inilah yang
umumnya kita kenal sebagai ingatan. LTM meliputi periode penyimpanan informasi
sejak semenit sampai seumur hidup. Seperti disebut di atas, kita dapat
memasukkan informasi dari STM ke LTM dengan chunking, rehearsals (mengaktifkan
STM untuk waktu yang lama dengan mengulang-ngulangnya), clustering
(mengelompokkan dalam konsep-konsep), method of loci (memvisualisasikan dalam
benak kita materi yang harus kita ingat).
E. BERPIKIR
a. Apakah Berpikir Itu?
a. Apakah Berpikir Itu?
Menurut Floyd L. Ruch, berpikir adalah manipulasi atau organisasi
unsur-unsur lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehinga tidak perlu
langsung melakukan kegiatan yang tampak. Jelas berpikir melibatkan penggunaan
lambang, visual, atau grafis. Berpikir kita lakukan untuk memahami realitas
dalam rangka mengambil keputusan, memecahkan persoalan, dan menghasilkan yang
baru.
Pikiran adalah mekanisme penunjukan diri(self indication), untuk menjukan
makna pada diri sendiri dan kepada orang lain. Pikiran mengisyaratkan kapasitas
dan sejauhmana manusia sadar akan diri mereka sendiri, siapa dan apa
mereka, objek disekitar mereka, dan
makna objek berikut bagi mereka. Jadi berbeda dengan binatang, selai dapat
berkomunikasi dengan orang lain, manusia juga berkomunikasi dengan diri mereka
sendiri.[9]
b. Bagaimana Orang Berpikir?
Secara garis besar ada dua macam berpikir, yang pertama berpikir
autisik yaitu melarikan diri dari kenyataan, dan melihat hidup sebagai
gambar-gambar fantasis, seperti melamun, fantasi, menghayal, wishful thingking.
Yang kedua berpikir realistik ialah berpikir dalam rangka menyesuaikan diri
dengan dunia nyata. Menurut Floyd L. Ruch menyebut tiga macam berpikir
realistik, yaitu deduktif, induktif, evaluatif. [10] Berpikir deduktif adalah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan;
yang pertama merupakan pernyataan umum disebut silogisme. Berpikir induktif
sebaliknya, dimulai dari hal-hal khusus dan kemudian mengambil kesimpulan umum;
kita melakukan generalisasi. Berpikir evaluatif ialah berpikir kritis, menilai
baik-buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan.
c.Menetapkan Keputusan(decision making)
Salah satu fungsi berpikir adalah menetapkan keputusan. Tanda-tanda
umum mengambil keputusan: (1) keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha
intelektual; (2) keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif;
(3) keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh
ditangguhkan atau dilupakan. Faktor persoalan amat menentukan apa yang
diputuskan, antara lain: (1) kognisi artinya kulitas dan kuantitas yang
dimiliki; (2) motif amat mempengaruhi pengambilan keputusan; (3) sikap juga
faktor penentu lainnya.
d.MemecahkanPersoalan(problemsolving)
Proses memecahkan persoalan berlangsung melalui lima tahap:
Proses memecahkan persoalan berlangsung melalui lima tahap:
1. terjadi peristiwa ketika
perilaku yang biasa dihambat karena sebab-sebab tertentu.
2. anda mencoba menggali memori
Anda unuk mengetahui cara-cara apa saja yang efektif pada masa yang lalu.
3. pada tahap ini Anda mencoba seluruh kemungkinan pemecahan yang
pernah Anda ingat atau yang dapat Anda pikirkan. Semua Anda coba, ini disebut
penyelesain mekanis.
4. anda mulai menggunakan lambang-lambang verbal atau grafis untuk
mengatasi masalah.
5. tiba-tiba terlintas dalam
pikiran Anda suatu pemecahan. Kilasan pemecahan masalah ini disebut Aha
Erlebnis atau insight solution.
e. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Proses Pemecahan Masalah
Sama pentingnya dengan faktor-faktor sosiopsikologis, seperti (1)
Motivasi, (2) Kepercayaan dan Sikap yang Salah, (3) Kebiasaan, (4) Emosi.
Menurut
petty dan Cocioppo bahwa motivasi dan kemampuan yang dimiliki seseorang
berperan besar dalam meningkatkan kemungkinan suatu pesan atau informasi
ditelaah secara cermat di dalam pikirannya.[11]
f. Berpikir Kreatif(Creative Thinking)
Berpikir kreatif harus memenuhi tiga syarat. Pertama, kreativitas
melibatkan respons atau gagasan yang baru, atau yang secara statistik sangat
jarang terjadi. Tetapi kebaruan saja tidak cukup. Syarat kedua kreativitas
ialah dapat memecahkan persoalan secara realistis. Ketiga kreativitas merupakan
usaha untuk mempertahankan insight yang orisinal, menilai dan mengembangkannya
sebaik mungkin. Guilford membedakan antara berpikir kreatif dan tak kreatif
dengan konsep berpikir konvergen dan divergen. Berpikir konvergen erat
kaitannya dengan kecerdasan; divergen, dengan kreativitas. Berpikir divergen
dapat juga diukur dengan fluency, flexibility, dan originality. pemikiran yang mengandung bias pada
dasarnya hanya memperkuat gagasan yang sudah tertanam sebelumnya.
Proses Berpikir Kreatif:
a. orientasi: masalah dirumuskan, dan aspek-aspek masalah
diidentifikasikan.
b. preparasi: pikiran berusaha
mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan dengan masalah.
c. inkubasi: pikiran beristirahat sebentar, ketika berbagai pemecahan
berhadapan dengan jalan buntu. Pada tahap ini, proses pemecahan masalah
berjalan terus dalam jiwa bawah sadar kita.
d. iluminasi: masa inkubasi berakhir ketika pemikir memperoleh semacam
ilham, serangkaian insight yang memecahkan masalah. Ini menimbulkan Aha
Erlebnis.
e. verifikasi: tahap terakhir untuk menguji dan secara kritis menilai
pemecahan masalah yang diajukan pada tahap keempat.
g. Faktor-faktor yang Mempemgaruhi
Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif tumbuh subur bila ditunjang oleh faktor personal
dan situasional. Ada beberapa faktor yang secara umum menandai orang-orang
kreatif, yaitu:
a. kemampuan kognitif: termasuk di sini kecerdasan di atas rata-rata, kemampuan
melahirkan gagasan-gagasan baru yang berlainan, dan fleksibilitas kognitif.
b. sikap yang terbuka: orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimuli internal dan
eksternal; ia memiliki minat yang beragam dan luas
c. sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri. Orang kreatif tidak
suka ‘digiring’; ingin menyampaikan dirinya semau dan semampunya; ia tidak
terikat pada konvensi-konvensi sosial.
Selain faktor-faktor lingkungan psikososial, beberapa
peneliti menunjukkan juga adanya faktor-faktor situasional lainnya. Maltzman
(1960) menunjukkan faktor peneguhan dari lingkungan; Dutton (1970) menyebut,
antara lain, tersedianya hal-hal istimewa bagi manusia kreatif; dan Silvano Arieti menekankan faktor isolasi dalam menumbuhkan kreativitas. Budaya dapat memengaruhi bagaimana tujuan
komunikasi ditentukan, bagaimana tujuan harus dicapai, sekaligus tipe konstruk
yang digunakan dalam skema kognitif. Walaupun teori ini mengakui efek intraksi
sosial dan budaya dalam sistem kognitif, namun teori konstruktivisme lebih
mengutamakan pengamatannya pada berbagai perbedaan individu melalui kompleksitaskonstruk
persoalannya dan juga strategi yang digunakan dalam berkomunikasi.[12]
PENUTUP
KESIMPULAN
Bab di atas
menguraikan bagaimana orang menerima informasi, mengolahnya, menyimpannya, dan
menghasilkannya kembali. Proses pengolahan informasi,yang di sini kita sebut
komukasi intrapersonal meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berfikir.
Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Persepsi ialah proses memberi makna
pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain
persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses menyimpan
informasi dan memanggilnya kembali. Berfikir adalah mengolah dan
memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan.
Dalam ilmu
komunikasi kita berkata, pesan diberi makna berlainan oleh orang yang berbeda
dengan kata lain words don’t mean; people mean. Artinya kata-kata tidak
mempunyai makna oranglah yang memberi makna.
[1] Deddy Mulyana, ilmu komunikasi suatu
pengantar, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 72-73.
[2] Hafied Cangara, Pengantar ilmu komunikasi,
Edisi Revisi, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2007), h. 32.
[3] Jalaluddin rakmat, Psikologi
komunikasi, Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 49.
[4]
Ibid., h. 51.
[5] Jalaluddin Rakmat, psikologi Komunikasi,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h. 55.
[6] Ibid., h. 61.
[7] Morisan, Psikologi Komunikasi,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 23.
[8] Jalaluddin Rakmat, Psikologi Komunikasi,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 63.
[9] Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian
Kualitatif, paradigma baru ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 48.
[10] Jalaluddin Rakmat, Psikologi Komunikasi,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 69.
[11] Morisan, Psikologi Komunikasi,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 40.
[12] Ibid., h. 59
.
DAFTAR PUSTAKA
Morisan . 2010. Psikologi komunikasi. Ghalia Indonesia:
Bogor
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT.
Remaja Rosdakarya:
Bandung
Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi, Edisi Revisi.
PT. Raja Grafindo
Persada: Jakarta
Rakmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi. PT. Remaja
Rosdakarya: Bandung